Senin, 22 Maret 2010

Ular Pyton Yang Berhasil di tangkap di medan,Setelah Usai Memakan Pelajar Anak SMP

Wih gile cuy masa ada pelajar SMP dimangsa sama ular piton, kejadiannya ada di sumatera utara. Jadi kan ada 4 orang lagi mandi di sungai, tiba2 ada ular muncul dan ngelilit tubuh salah satu anak disitu. setelah dililit mangsa dibanting-banting supaya lemas. Nah, rencananya tuh ular pas udah mau nelen si korban, warga dateng deh bawa bambu runcing dan nusuk kepalanya si ular. ular pun terlepas dan kabur. tetapi, nyawa anak tersebut sudah melayang dengan tulang yang remuk. berita selengkapnya lihat aja di bawah :


MEDAN, KOMPAS.com � Ular piton sepanjang 7 meter yang memangsa pelajar SMP PGRI, M Zakaria (13), saat mandi di Sungai Tembung, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, diperkirakan masih bersembunyi di dalam terowongan air pembuangan limbah.

Hingga Senin pagi (22/3/2010), lokasi tewasnya M Zakaria, penduduk Pasar VIII Desa Sei Rotan, Kecamatan Percut Sei Tuan, masih dipenuhi warga yang datang dari sejumlah daerah sehingga polisi harus mengamankan lokasi tersebut.

Darmin Nasution (60), salah seorang warga yang sudah hampir 50 tahun tinggal di Tembung, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, mengatakan, baru kali ini dirinya mengetahui seekor ular piton sepanjang 7 meter memangsa pelajar SMP di daerah tersebut.

"Kejadian aneh ini merupakan peristiwa yang cukup langka dan jarang terjadi sepanjang hidup saya yang tinggal tidak berapa jauh dari Sungai Tembung tersebut," kata Darmin dalam perbincangannya di Tembung, Senin.

Warga di sekitar Sungai Tembung, Kamis petang (18/3), geger setelah seekor ular piton ukuran besar dan panjang 7 meter lebih memangsa pelajar SMP yang sedang mandi-mandi dengan tiga temannya yang baru pulang sekolah.

Ular piton itu dengan ganasnya melilit korban yang sedang berusaha melarikan diri dari dalam sungai tersebut. Selain itu, menurut Nasution, ular yang dalam keadaan kelaparan itu juga membanting-banting korban di dalam sungai sehingga akhirnya korban lemas.

Sementara itu, tiga rekan korban yang berhasil keluar dari sungai berusaha minta bantuan warga yang tinggal tidak berapa jauh dari lokasi kejadian tersebut. Selanjutnya, masyarakat dengan menggunakan bambu runcing menombak bagian kepala dan badan ular itu agar mau melepaskan korbannya.

Usaha yang dilakukan warga itu tidak sia-sia karena saat itu juga ular tersebut melepaskan korban yang sudah dalam keadaan remuk dan tidak bernyawa lagi. Ular yang dalam keadaan mengganas itu, menurut Nasution, nyaris menelan pelajar SMP tersebut.

Kemudian, ular tersebut menghilang dan menyelam masuk ke terowongan tempat persembunyiannya dan sampai saat ini tidak pernah keluar.

Selanjutnya, ia menjelaskan, warga yang mengetahui ular memangsa pelajar SMP itu juga tidak mau tinggal diam. Mereka meminta bantuan beberapa pawang ular untuk bisa menangkap ular yang berada di Sungai Tembung.

Kemudian, Jumat, (19/3) sekitar pukul 19.30 WIB, pawang ular yang bekerja ekstra keras, yang dibantu masyarakat, akhirnya berhasil menjerat ular ukuran besar itu dari tempat persembunyiannya di dalam sungai.

Ular tersebut berhasil dijerat dengan tali yang sudah dipersiapkan setelah lebih dulu diberi umpan berupa seekor ayam. Selanjutnya, ular yang berhasil ditangkap itu dimasukkan ke dalam goni dan dibawa ke Polsek Percut Sei Tuan untuk diamankan.

Namun, menurut pawang ular yang menangkap ular tersebut, ular yang dijerat itu bukan ular yang memangsa pelajar SMP, tetapi ular lain yang hidup di Sungai Tembung. Menurut pawang itu, ada dua ekor lagi ular besar yang masih hidup di Sungai Tembung itu, salah satunya ular yang memangsa pelajar SMP.

Selanjutnya, Nasution mengatakan, peristiwa ular yang memangsa seorang pelajar SMP itu benar-benar termasuk peristiwa aneh di daerah tersebut karena setiap hari Sungai Tembung dijadikan warga sebagai tempat mandi dan mencuci pakaian.

Namun, tidak pernah ada warga yang melihat ular atau diganggu binatang lainnya yang ada di sungai itu. "Saya benar-benar terkejut mengetahui ada ular yang memangsa pelajar SMP hingga tewas. Hal ini adalah kejadian yang luar biasa sepanjang hidup saya yang sudah puluhan tahun lamanya tinggal di Tembung," katanya.

Apalagi, menurut dia, lokasi Sungai Tembung itu hanya berjarak lebih kurang 200 meter dari rumahnya. "Kadang-kadang saya juga sering mandi di Sungai Tembung ini, tetapi belum pernah melihat seekor ular pun. Kejadian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya, ke depan jangan ada lagi korban yang dimangsa ular," kata Nasution.

Ular PYton Makan Anak SMP Di Medan Tembung

MEDAN - Hari kelima pasca tewasnya, Muhammad Zakaria (13) akibat gigitan dan lilitan ular piton di Sungai Tembung, kecamatan Percut Sei Tuan, kepala dusun I desa Tembung, Erwinsyah, mengaku masih mengumpulkan dana untuk mencari seekor lagi ular yang diyakini masih bersembunyi di dalam terowongan mili PT Panca Pinang.

"Untuk mencari ular tersebut, tentu saja butuh dana. Upaya spontanitas ini diketahui kepala desa Tembung, karena warga yang mencari butuh makan dan minum" jelasnya, tadi malam.

Ditambahkan, warga yang mencari ular tersebut berasal dari dusun I, II, III, IV dan V desa Tembung. Menurutnya, sejak siang hingga malam, warga masih berduyun-duyun mendatangi Titi Sewa Tembung, tempat siswa kelas II SMP PGRI 24 Tembung itu tewas dipatuk ular.

"Ratusan warga masih terus berdatangan, namun hari ini tidak ada kegiatan pencaharian ular. Masyarakat yang datang hanya sekadar melihat-lihat saja," terangnya.

Menurutnya, bila dana sudah terkumpul, maka perburuan terhadap Ular Sawah yang telah memakan korban jiwa itu segera dilanjutkan.

Ular Piton Di Medan,,,,Tanda-tanda Akhir Jaman

KEHEBOHAN munculnya ular piton raksasa di Sungai Tembung menjadi misteri tersendiri. Atas dasar itu, POSMETRO MEDAN bergerak ke lokasi penampakan bersama paranormal, Raden Haryo Damar (RHD).

Dengan menumpang mobil Taft hitam milik RHD, tim berangkat dari markas POSMETRO MEDAN sekira pukul 15.30. Sekitar 500 meter mendekati lokasi, laju mobil yang sebelumnya lancar terpaksa terhambat akibat macetnya jalan. Belakangan diketahui, kemacetan timbul akibat tingginya antusias masyarakat yang ingin melihat langsung lokasi.

Setelah 15 menit terjebak macet, tim akhirnya tiba di lokasi sekira pukul 18.00. Di sepanjang alur sungai tampak ratusan warga silih berganti memandang ke arah sungai. Tidak ingin larut dengan suasana, tim memutuskan turun ke pinggir sungai melalui tembok sungai yang curam.

Sepuluh menit memantau, RHD meminta dicarikan mediator agar bisa berbicara langsung dengan penghuni sungai. Ketika sibuk mencari orang yang bersedia dijadikan mediator, RHD memutuskan sholat magrib.

Tak butuh waktu lama menemukan sang mediator. Dia adalah Agus Samsudin, pemuda asal Tanjung Balai yang merantau ke Medan dan kini bekerja di sebuah percetakan. Begitu RHD selesai sholat, kru memperkenalkan Agus kepada pria berjanggut itu.

Usai diberi pengertian dan tujuan ritual ini, tim kembali turun ke tepi sungai pukul 19.03. Pukul 19.05, pemanggilan sang penunggu sungai pun dimulai. Tiga menit kemudian, tubuh Agus mulai mengejang dan bersandar di dinding sungai sembari menggeram. Ah… ternyata si penunggu sudah masuk ke tubuhnya.

Tak ingin buang waktu, dialog pun berlangsung antara RHD dengan sang penunggu yang dimediatori Agus. Berikut dialog singkat yang berlangsung tujuh menit itu:

RHD: Maaf kami mengganggu. Kami cuma ingin tahu, Anda hewan jenis apa?

Penunggu: (Dengan suara menggeram) Ngapain kamu memanggil saya.

RHD: Maaf, kami tidak ingin mengganggu hanya ingin bertanya. Kenapa Anda marah hingga mengambil korban.

Penunggu: Aku marah karena saat pembuatan jembatan ini mereka (pengelola, red) tidak permisi.

RHD: Oh, berarti mereka tidak memberikan sesajen?

Penunggu: Iya.

RHD: Jadi kenapa Anda marah sama warga sekitar. Apa salah mereka. Apa mereka mengusik Anda?

Penunggu: Iya. Mereka tidak sopan. Mandi tanpa lapisan dan berteriak-teriak sesekali bicara kotor.

RHD: Memangnya di lokasi ini ada kerajaannya ya?

Penunggu: Ada.

RHD: Di mana lokasinya?

Penunggu: Di sana (sambil menunjuk ke arah seberang sungai).

RHD: Sampai kapan Anda akan meminta korban?

Penunggu: (tidak dijawab) tiba-tiba mengamuk dan hendak melompat ke sungai. (ketika ditahan RHD, langsung menggerutu sembari berteriak panas).

Tidak ingin suasana menjadi kacau, RHD memutuskan mengeluarkan sang penunggu dari tubuh Agus. Proses ini sempat menarik perhatian puluhan warga yang masih berdiri di tepi seberang sungai.

Setelah sang penunggu dipastikan telah pergi, kru mewawancarai Agus. Menurut penglihatan pemuda ini, yang memasuki raganya adalah seekor ular besar dengan mengenakan mahkota emas.

“Besarnya sama dengan pohon kelapa tua. Panjangnya kurang tahu pasti, karena dia (penunggu, red) tidak memperlihatkan tubuhnya hingga ekor. Tapi pastinya, seluruh wujudnya berbentuk ular dan berwarna belang-belang,” ungkapnya.

Masih kata Agus, ketika memasuki raganya, proses ritual dikawal seratusan anak buah sang penunggu. Selain berbentuk ular, di antara pengawal yang berbaris rapi itu ada seperti orang cebol atau kerdil. Mereka (pengawal, red) yang menyerupai manusia memegang senjata berupa tombak.

Begitulah, karena hari mulai gelap, tim akhirnya memutuskan kembali ke markas POSMETRO MEDAN dan tiba di gedung Graha Pena sekira pukul 19.45. Menit berikutnya, RHD kembali ke tempat prakteknya di Jl. Medan-Tanjung Morawa, Km.11,5 tepat depan Hotel Halay Inn Medan.(hiras)